Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Kebahagiaan (Happiness) dan Aspek-aspek Happiness Menurut Para Ahli

Pengertian Kebahagiaan (Happiness) dan Aspek-aspek Happiness Menurut Para Ahli - Pada pembalajaran kali ini Universitas Psikologi akan mengulas salah satu variabel psikologi yaitu tentang Kebahagiaan (Happiness). Variabel ini selalu banyak dikaji oleh para peneliti terutama penelitian tentang psikologi. 

Dalam artikel ini akan dibahas mulai dari pengertian happiness, aspek-aspek happiness, faktor-faktor happiness, komponen happiness, dan ciri-ciri orang yang bahagia (happines) dari penuturan para ahli. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menjadi refrensi dan bermanfaat untuk anda semua.

Pengertian Kebahagiaan (Happiness)

Istilah happiness atau kebahagiaan seringkali dikaitkan dengan aliran baru di bidang psikologi, yaitu psikologi positif yang lebih menekankan pada aspek positif karakteristik yang dimiliki manusia. Hingga saat ini terdapat banyak pengertian mengenai kebahagiaan.

Hurlock (2004) mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan gabungan dari adanya sikap menerima (acceptance), kasih sayang (affection) dan prestasi (acheivement). Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh sikap menerima diri sendiri dalam penyesuaian sosial dimana dalam penyesuian sosial diperlukan adanya daya tarik fisik yang akan menimbulkan rasa cinta dan penerimaan dari orang lain, sedangkan cinta merupakan hasil sikap penerimaan orang lain di dalam lingkungan. Selain itu, prestasi juga salah satu esensi kebahagiaan. Prestasi ini timbul karena adanya kerja keras, pengorbanan, kompetensi dan mempunyai tujuan yang realistik. Ketiga esensi kebahagiaan ini harus dapat dijalani secara bersamaan.

Pengertian Kebahagiaan (Happiness) dan Aspek-aspek Happiness Menurut Para Ahli
Kebahagiaan atau Happiness
Baca juga: Konsep Scaffolding dan Aplikasi Teorinya
Kepuasan hidup yang biasanya disebut dengan kebahagiaan, timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, yang merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati, seperti yang dijelaskan oleh Alston dan Dudley (dalam Hurlock, 2004) kepuasaan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai tingkat kegembiraan.

Menurut Seligman (2002) kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif dimana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan juga pikiran dan perasaan yang positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Emosi positif  bisa tentang masa lalu, masa sekarang, atau masa depan, dengan mempelajari ketiga macam kebahagiaan ini, seseorang bisa menggerakkan emosi kearah yang positif dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara berpikir tentang masa depan, dan cara menjalani masa sekarang. Kebahagiaan jangka panjang muncul meningkat sejalan dengan banyaknya emosi positif yang dialami seseorang pada saat mengingat masa lalu, menatap masa mendatang, dan menjalani masa kini. Emosi positif tentang masa lalu mencakup kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggan dan kedamaian.

Aspek Kebahagiaan (Happiness)

Menurut Hurlock (2004) ada terdapat “tiga A” aspek kebahagiaan, yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian).

Chaplin (2008) dalam kamus lengkap psikologi menjelaskan secara rinci mengenai defenisi tiga aspek kebahagiaan tersebut sebagai berikut:

Acceptance (Penerimaan)

Merupakan suatu yang ditandai dengan sikap positif atau menolak, dalam praktik klinis, pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual, tanpa  menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterikatan emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan.

Affection (Kasih Sayang) 

Merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen.

Achievement (Pencapaian)

Merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai, satu tingkat khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.

Apabila seorang lansia tidak dapat memenuhi acceptance, achievement, dan affection tersebut maka akan sulit baginya untuk dapat mencapai kebahagiaan. Misalnya, ia merasa diabaikan oleh anggota keluarga atau petugas panti, merasa bahwa prestasi pada masa lalu tidak memenuhi harapan dan keinginan, atau apabila mereka mengembangkan perasaan bahwa tidak ada satu orang pun yang mencintainya.

Kebahagiaan tidak memiliki arti yang sama bagi mereka yang berusia lanjut. Namun, secara umum lansia yang bahagia lebih sadar dan siap untuk terikat dengan kegiatan baru dibandingkan lansia yang merasa tidak bahagia. Hal ini disebabkan apa yang dikerjakannya lebih penting bagi kebahagiaannya dimasa usia lanjut dibandingkan siapa mereka.

Ada beberapa kondisi penting yang dapat membantu pencapaian kebahagiaan lansia, antara lain terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik, diterima oleh dan memperoleh respek dari kelompok sosial, menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman, dan melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan di rumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan (Happiness)

Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002) adalah sebagai berikut:

Kehidupan sosial

Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat mempunyai kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi dan paling sedikit hidup dalam kesendirian.

Agama dan Religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius, hal ini dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusan dan meningktkan kebahagiaan.

Pernikahan

Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Orang yang menikah dapat mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.

Usia 

Penelitian yang dilakukan terhadapa 60.000 orang dewasa dari 40 bangsa membagi kebahagiaan dalam tiga komponen yaitu, kepuasaan hidup, afek menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah, yang berubah ketika menua adalah intensitas emosi. Perasaan ingin selalu berada dipuncak dan keputusasaan menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.

Uang 

Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun pada negara yang lebih makmur, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan.

Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak selalu berdampak pada kebahagiaan, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana persepsi subjektif kita seberapa sehat diri kita.

Komponen-komponen Kebahagiaan (Happiness)

Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif  Carr (dalam Restika, 2012). Definisi lain yang serupa juga diungkapkan oleh Diener (dalam Restika, 2012) yang menggunakan istilah kesejahteraan subjektif sebagai sinonim dari kebahagiaan, yaitu: “subjective well-being emphasizes an individual’s own assessment of his or her own life-not the judgment of experts’-and includes satisfaction (both in general and satisfaction with specific domains), pleasant affect, and low negative affect”.

Dari definisi tersebut diketahui bahwa kebahagiaan menekankan pada penilaian individu terhadap kehidupannya (bukan penilaian ahli). Selain itu, kebahagiaan juga melibatkan kepuasan (kepuasan secara umum dan kepuasan pada ranah kehidupan yang spesifik), afek yang menyenangkan, dan rendahnya afek negatif. Berdasarkan kedua definisi yang sudah dijelaskan di atas, terlihat bahwa kebahagiaan memiliki beberapa komponen penting yaitu (Diener, dalam Restika 2012):

Afek Positif dan Afek Negatif 

Afek positif dan afek negatif menggambarkan pengalaman utama dari situasi atau kejadian yang terus terjadi dalam kehidupan manusia. Hal ini yang membuat para tokoh berpendapat bahwa penilaian afektif terhadap situasi tertentu turut mempengaruhi penilaian individu akan kesejahteraan subjektifnya. Dengan mengetahui tipe kecenderungan reaksi yang dialami individu, kita dapat memperoleh pemahaman tentang cara individu menilai kondisi dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Evaluasi afektif ini terdiri dari emosi dan mood, dimana emosi bersifat lebih sementara karena merupakan respon situasi, sedangkan mood memiliki rentang yang lebih lama daripada emosi. Orang yang dikatakan bahagia adalah orang yang jarang mengalami afek negatif dan sering mengalami afek positif

Kepuasan Hidup 

Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian global tentang  kualitas hidup individu. Individu dapat menilai kondisi hidupnya, mempertimbangkan pentingnya kondisi-kondisi ini, dan mengevaluasi kehidupan mereka pada skala yang berkisar dari tidak puas sampai puas. Berbeda dengan afek positif dan negatif yang merupakan komponen afektif dari kebahagiaan, kepuasan hidup merupakan komponen koginitif karena melibatkan proses kognitif dalam mengevaluasi kejadian-kejadian dalam hidup. Penilaian kepuasan hidup berbeda-beda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain dan bahkan pada level individual. Hal ini terjadi karena adanya kriteria-kriteria yang berbeda-beda baik pada satu kebudayaan dengan kebudayaan lain maupun dari satu individu dengan individu lain. Hal ini merupakan sebuah keuntungan karena pada akhirnya tingkat kepuasan hidup yang dirasakan individu benar-benar bersumber dari perspektif individu itu sendiri.

Ranah Kepuasan 

Ranah kepuasan menggambarkan evaluasi individu terhadap ranah yang spesifik dalam kehidupannya. Penilaian terhadap ranah kehidupan yang spesifik dapat menjelaskan komponen-komponen yang mempengaruhi penilaian kepuasan hidup individu secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian terhadap ranah kepuasan yang spesifik ini dapat memberikan informasi mengenai cara individu membuat penilaian kebahagiaan secara keseluruhan, dan juga dapat memberi informasi yang lebih detil tentang aspek spesifik dari kehidupan individu yang berjalan buruk dan berjalan baik.

Ciri-ciri Orang Kebahagiaan (Happiness)

Menurut Gail dan Seehy (dalam Siswanto, 2007) ciri-ciri orang bahagia adalah sebagai berikut:
  1. Hidup mempunyai arti dan arah. Seseorang yang puas dengan kehidupannya akan dapat merealisasikan sesuatu diluar dirinya seperti pekerjaan dan harapan yang ingin dicapai sehingga dapat memberikan hidup yang terarah dan berarti.
  2. Dapat menangani permasalahan yang ada pada dirinya dengan cara  tidak seperti orang kebanyakan dan lebih bersifat pribadi dan kreatif. Seseorang yang bahagia mampu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dialaminya dan dapat menjalankan rencana yang telah dibuatnya dalam rangka pemecahan masalahnya.
  3. Jarang merasa diperlakukan tidak adil atau dikecewakan dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi cenderung melihat kegagalan sebagai pengalaman yang berguna dan kegagalan tersebut mendorong untuk melakukan usaha yang lebih baik dari sebelumnya.
  4. Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting. Seseorang yang berbahagia dan merasa puas dalam kehidupannya dicirikan dengan terpenuhnya tujuan yang diharapkan seperti kehidupan yang aman, keluarga yang aman dan adanya rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
  5. Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Seseorang yang bahagia akan menggambarkan pribadinya yang jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Mereka mampu menghadapi realita sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat, memiliki beberapa sahabat dan mampu mengambil tanggung jawab apabila diperlukan.
  6. Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan dicintai secara mutualisme. Seseorang yang bahagia akan memiliki rasa saling menguntungkan terhadap orang yang mereka cintai dan mampu memelihara hubungan tersebut.
  7. Memiliki banyak teman. Seseorang yang bahagia memiliki teman-teman yang mampu memberikan perasaaan nyaman dan dukungan di saat yang diperlukan.
  8. Orang yang menyenangkan dan bersahabat. Seseorang yang berbahagia dicirikan dengan prilaku yang menyenangkan dan bersemangat serta dapat memberikan dukungan kepada orang lain sehingga membuat orang di sekitarnya menjadi semangat.
  9. Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang dapat menurunkan harga diri. Seseorang yang bahagia memiliki harga diri yang cukup sehingga jika mendapatkan kritikan tidak menjatuhkan harga diri mereka. Mereka dapat membedakan antara tingkah laku yang kurang sesuai sehingga harus mendapatkan kritikan dari orang lain.
  10. Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang dimiliki orang lain. Seseorang yang bahagia tidak memiliki ketakutan dan kecemasan dalam menjalani hidupnya.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian Kebahagiaan (Happiness) dan Aspek-aspek Happiness Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
  • Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta. 
  • Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta : ANDI 
  • Restika,  Dwi,  Gusti.  2012. Kebahagiaan  Pada  Janda  Remarriage.Skripsi.  Padang:  Universitas  Putra Indonesia “YPTK” Padang.
  • Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press

Posting Komentar untuk "Pengertian Kebahagiaan (Happiness) dan Aspek-aspek Happiness Menurut Para Ahli"