Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Studi Psikologi di Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas

Studi Psikologi Terhadap Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas - Suatu kajian mengenai efek-efek psikologis dalam perkembangan, pencegahan, dan pengobatan penyakit-penyakit fisik. Topik penting dari psikologi kesehatan adalah kesehatan merupakan proses biopsikososial, yaitu keadaan kesehatan seseorang adalah hasil interaksi yang kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Studi Psikologi Terhadap Bidang Kesehatan

Dalam studi psikologi pertama yaitu tentang bidang kesehatan, psikologi diarahkan pada 4 tujuan utama di bidang ini yaitu:

Pertama: Untuk Meningkatkan dan Menjaga Kesehatan

Perilaku Sehat

Perilaku sehat adalah tindakan orang yang sehat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatannya. Atau tindakan untuk menambah atau mempertahankan kesehatan yang prima. Perilaku ini antara lain mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, olahraga teratur, menghindari zat berbahaya seperti tembakau, alkohol dan narkoba, tidur yang cukup, menggunakan sabuk pengaman, menggunakan pelindung kulit, mengontrol berat badan dan menggunakan program pemantauan kesehatan.

Sikap Sehat

Yaitu sikap yang menyebabkan orang melakukan perilaku sehat. Praktik perilaku sehat berpusat pada lima keyakinan:
  1. Nilai-nilai kesehatan umum, termasuk perhatian pada kesehatan
  2. Persepsi bahwa ada ancaman terhadap kesehatan yang datang dari gangguan atau penyakit.
  3. Keyakinan atau kerapuhan seseorang dalam menghadapi penyakit.
  4. Keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengurangi ancaman (self eficacy)
  5. Keyakinan bahwa respon akan efektif dalam mengatasi ancaman (kecakapan respon).
Studi Psikologi Terhadap Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas
image source: scclinpsych(dot)com(dot)au
Baca juga: Elemen dalam Komunikasi Massa Menurut Para Ahli

Kedua: Mencegah dan Merawat Orang Sakit

Keyakinan Kesehatan (Health Beliefs)

Yaitu keyakinan yang mempengaruhi kesediaan untuk menjalani perilaku sehat.

Kultur dan Perilaku Sehat

Banyak intervensi yang didesain untuk mengubah perilaku negatif orang ditujukan pada individu. Pendekatan ini bisa berhasil dalam kultur yang menekankan independensi. Namun kebiasaan sehat juga ada dalam dinamika relasi sosial dan karenanya unit keluarga semakin penting dalam mengubah kebiasaan buruk dan mendorong perilaku yang sehat. Salah satu pendekatan yang fokus pada jaringan sosial dan lingkungan sosial individual mungkin lebih sukses dalam kultur kolektif.

Ketiga: Mengidentifikasi Penyebab lalu Mengkorelasikan Kesehatan dan Penyakit dengan Disfungsi Lainnya.

Stres dan Penyakit Fisik

Stres adalah pengalaman emosi negatif yang diiringi dengan perubahan fisiologis, biokimia dan perilaku yang dirancang untuk mereduksi atau menyesuaikan diri terhadap stressor dengan cara memanipulasi situasi atau mengubah stresor atau dengan mengakomodasi efeknya. Fakta bahwa stres tergantung pada orangnya menunjukkan adanya proses psikologis, yaitu kejadian yang menekan akan menimbulkan stres jika dianggap sebagai kejadian yang menimbulkan stres, bukan sebagai yang lainnya (Lazarus dan Folkman dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009). Hubungan antara pengalaman stres dengan respon psikologis yang buruk, seperti stres, perubahan fisiologis dan bahkan penyakit mungkin berkaitan dengan problem atau kejadian yang menekan yang tidak bisa dipecahkan oleh individu (Holman dan Silver dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009).

Stres dapat Menyebabkan Sakit

Pengalaman stres dapat menjadi masalah bagi sebagian orang bukan hanya karena menimbulkan tekanan emosional dan ketegangan fisik tetapi juga kadang bisa memunculkan penyakit. Lebih jauh, efek dari stres bersifat lama, sering berlanjut bahkan setelah stresornya hilang.

Kejadian Hidup yang Menimbulkan Stres

Riset awal yang menunjukkan relasi stres dengan kesehatan mengkaji peran dari peristiwa atau kejadian hidup yang menimbulkan stres sebelum terjadinya penyakit.

Gangguan Sehari-hari

Para psikolog belakangan ini mulai menduga bahwa kejadian stres yang kecil atau gangguan atau kesulitan yang dialami setiap hari mungkin akan berakumulasi dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Konflik interpersonal adalah gangguan sehari-hari yang paling membuat stres (Bulger, DeLongis, Kessler, dan Schilling dalam Taylor dkk, 2009). Meski riset ini belum final, adalah mungkin bahwa efek kumulatif dari gangguan kecil setiap hari akan menimbulkan stres psikologis dan penyakit (Kanner, Choine, Schaeffer, dan Lazarus).

Stres Kronis

Para periset makin mengakui pentingnya stres kronis dalam kesehatan. Hubungan antara kelas sosial dan mortalitas telah dijelaskan dengan merujuk pada stres kronis.

Coping Stress

Coping adalah proses untuk menata tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sumber daya kita. Coping kejadian yang menekan adalah proses yang dinamis.ia dimulai dengan penilaian terhadap situasi yang harus diatasi. Pada umumnya, periset membedakan antara dua tipe upaya coping, yaitu:
  1. Usaha memecahkan masalah yaitu usahamelakukan upaya yang konstruktif guna mengubah situasi stres.
  2. Pengaturan emosi yaitu usaha untuk menata reaksi emosi terhadap kejadian stresor.

Para psikolog juga mempelajari strategi coping yang lebih spesifik termasuk metode coping aktif dan metode coping emosi. Para psikolog juga mempelajari metode coping penghindaran. Usaha coping yang dianggap berhasil, jika bisa mereduksi kegelisahan psikologis dan indikatornya serta seberapa cepat orang dapat kembali pada aktifitas normalnya. Yang paling umum, periset menilai coping berdasarkan efektivitasnya dalam mengurangi tekanan psikologis. Keberhasilan coping tergantung pada sumberdaya coping, baik internal maupun eksternal.

Gaya Coping

Gaya coping adalah sumberdaya coping internal, gaya coping ini terdiri dari tendensi seseorang untuk menghadapi kejadian yang menekan dengan cara tertentu. Diantaranya gaya coping adalah sebagai berikut:

Penghindaran VS Konfrontasi

Beberapa orang menghadapi dan mengatasi langsung kejadian yang menekan, sedangkan orang lain mungkin menghindarinya dengan meminimalkan signifikansinya atau melupakannya melalui penyalahgunaan obat terlarang atau alkohol. Secara umum, coping aktif akan lebih efektif daripada penghindaran, karena penghindaran hanya akan memperburuk situasi.

Permusuhan

Pola respon permusuhan terhadap situasi yang menekan tampaknya dapat memicu penyakit jantung koroner. Ada tipe permusuhan utama yang memicu hal tersebut yaitu permusuhan sinis, yang dicirikan oleh kecurigaan, prasangka buruk, sering marah, antagonisme, dan rasa tidak percaya pada orang lain. Individu yang memilki keyakinan negatif tentang orang lain sering sangat agresif secara verbal dan menunjukkan perilaku antagonistik pada orang lain. Permusuhan interpersonal dapat berperan memunculkan jantung koroner melalui tiga cara yaitu:
  1. Cenderung mempunyai level respon kardiovaskular tinggi terhadap kejadian yang menekan.
  2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari dampak fisiologis dari stres.
  3. Tidak mendapatkan dukungan sosial.

Keempat: Meningkatkan Sistem Perawatan Kesehatan dan Penyusunan Kebijakan Kesehatan.

    Sumber Daya Internal Coping

    Psikolog telah mengidentifikasi beberapa sumber daya personal yang bisa membantu meningkatkan kemampuan penyesuaian psikologis terhadap kejadian yang menekan.

    Optimisme Disposisional (Dispotitional Optimism)

    Merupakan keyakinan umum bahwa hasil yang baik akan terjadi dalam kehidupan. Optimisme ini dapat memampukan orang untuk menilai kejadian yang menekan secara lebih positif dan membantu memobilisasi sumber dayanya untuk mengambil langkah guna menghadapi stressor. Orang yang optimis juga mudah merubah untuk menyesuaikan diri dengan stres, dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Optimisme bisa membantu orang menahan penyakit.

    Hardiness (Ketegaran)

    Merupakan sikap-sikap yang membuat orang tahan terhadap stres. Sikap ini meliputi perasaan berkomitmen, respon positif terhadap tantangan dan kontrol diri yang kuat. Keyakinan ini bisa membuat orang mampu menahan efek negatif dari stres. Orang dengan kontrol personal biasanya lebih sukses mengatasi kejadian yang menekan yang sulit dikontrol.

    Pennebaker dan rekannya menyatakan bahwa katarsis, proses pengungkapan trauma emosi, mungkin bermanfaat secara psikologis. Dalam sebuah studi, orang diminta untuk menulis atau membicarakan kejadian traumatis yang pernah mereka alami umumnya lebih mendapat manfaat psikologis, lebih tahan terhadap penyakit dan lebih jarang periksa ke dokter.

    Disisi lain problem personalitas seperti neurotisme akan menyebabkan orang menilai kejadian sebagai sesuatu yang lebih menekan dan membuat stres, menjadi lebih tertekan oleh problem dan bereaksi lebih keras. Selain itu orang neurotik dilaporkan lebih banyak konflik sosial dan reaktif terhadap konflik. Rentan terhadap penyakit fisik.

    Dukungan Sosial

    Dukungan sosial penting sebagai kebutuhan personal individu. Kajian psikologi kesehatan menunjukkan bahwa hubungan yang suportif (saling mendukung) secara sosial, dapat meredam stres dan menambah kesehatan. Dukungan sosial dapat membantu individu orang tetap sehat fisik dan psikologis dan membantu orang yang sakit cepat pulih.

    Studi Psikologi Terhadap Bidang Kemiskinan dan Kriminalitas

    Studi psikologi selanjutnya fokus pada masalah kemiskinan dan pengentasan kemiskinan. Dari masalah kemiskinan, psikolog sosial menggunakan pendekatan theory kebijakan publik dan strain theory dengan target utamanya adalah remaja kelas ekonomi bawah (Koentjoro, 2012). Selain itu fokus psikologi sosial juga fokus pada kemiskinan dan hubungannya dengan tindak kriminal yang dilakukan seseorang. Dalam perspektif psikologi, tindak kriminal dapat dicetuskan oleh faktor kemiskinan.

    Psikologi sosial melihat bahwa terdapat hubungan antara nutrisi dengan perilaku kriminal, rasa lapar mendorong seseorang berbuat jahat. Kemiskinan juga terkait dengan masalah personalitas seperti perilaku sosiopatik. Kepribadian sosiopatik terbentuk karena lingkungan sosial seperti kemiskinan, perumahan kumuh, keluarga tidak bahagia dan pendidikan yang terbatas. Terdapat sebuah cap kriminal yang dikenal sebagai penjahat karir, terminologi penjahat karir merujuk pada penjelasan tentang individu yang membuat kriminal sebagai sumber kehidupannya. Kriminal jenis ini sudah terbiasa keluar masuk penjara selama hidupnya. Dan kebanyakan pelaku hidup dalam garis kemiskinan, oleh karena itu mereka menjarah properti milik orang lain (Koentjoro, 2012).

    Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang miskin merasa kurang bahagia dan rentan terhadap gangguan mental yang serius, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan kepribadian (Warheit, Holzer & Schwab, 1973 dalam Markum, 2009). Di Indonesia, banyak terdapat kasus gila, bunuh diri, atau kriminalitas akibat dari stress yang mereka alami karena kemiskinan. Kemiskinan juga terkait erat dengan gangguan kesehatan mental dan lebih beresiko terjadi pada orang miskin tuna wisma, pengangguran, dan individu dengan tingkat pendidikan rendah.

    Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Studi Psikologi Terhadap Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas. Semoga bermanfaat.

    Daftar Pustaka

    • Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi kesepuluh.
    • Koentjoro. 2012. Kriminologi dalam perspektif psikologi sosial. Universitas Gadjah Mada.
    • Markum, E. 2009. Pengentasan kemiskinan dan psikologi sosial. Psikobuana. Vol. 1. No, 1, 1-12. 
    • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.
    Universitas Psikologi
    Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

    Posting Komentar untuk "Studi Psikologi di Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas"